Sabtu, 02 Juli 2011

Bukan cuma pelengkap hidup

Gw bersyukur menjadi wanita…

Yah , walaupun gw sempet di kasih predikat ganteng di SMP sama sobat gw yang Cantik (laki-laki) gara-gara hobi kita ketuker. (dia hobi nyalon gw karate) => bias gender ga sih nih?huhuhu

Kenapa yah, masih ada aja yang bilang wanita itu makhluk lemah yang harus dilindungi oleh pria. Hello… pria memang mesti melindungi tapi bukan berarti wanita itu lemah. Kalau dibilang wanita didominasi oleh perasaan daripada logika, oke oke kalo itu gw masih terima (kalo setuju, aga kepaksa). Tapi kalau wanita dianggap lemah, gw ga setuju.

Siapa bilang wanita itu makhluk lemah?

Yang bilang gitu, gw pengen dia hamil kaya Arnold di film Junior atau nonton film itu deh, n’ ngasuh bayi sampe mandiri selama 24 jam sehari.

Waktu di semester awal gw ambil mata kuliah filsafat, gw dkk plus dosen tercinta membahas filosofi seorang wanita.

Secara filosofi, wanita itu makhluk yang kuat. Kenapa? Karena wanita memiliki naluri seorang ibu. Ibu-ibu pada umumnya mengandung dan melahirkan seorang anak atau lebih. Proses selama mengandung itu adalah hal yang luar biasa. Dosen gw sebagai seorang laki-laki pun bangga terhadap wanita. Jadi, jangan mengeluh takut gemuk, takut jelek, takut badannya ga bagus lagi sesudah melahirkan. Kayanya ketakutan itu bisa diantisipasi deh dengan perawatan, konsultasi ke dokter kecantikan atau tempat-tempat khusus perawatan kecantikan tubuh atau perawatan tradisional.

Nah, liat Arnold yang menderita banget waktu hamil n’ melahirkan aja ngerinya minta ampun. Segitu Arnold yang terkenal kuat banget itu, ternyata memerankan adegan hamil n’ melahirkan tampak ga berdaya juga. (pasti ngebayangin lahirinnya lewat mana) hahaha…

Gw bersyukur punya ibu yang cerdas merawat dan mendidik gw dari kecil sampe gw bener2 dewasa. (ngaku udah dewasa)

Pria,

Gw memang tidak memungkiri bahwa gw butuh cinta dari seorang pria, terutama ayah.

Gw bangga dengan ayah gw yang memiliki prinsip hidup yang luar biasa. Melindungi keluarga dan memberi contoh teladan bagi anak-anaknya hingga menjadi anak yang kuat, juga mempertahankan prinsip hidupnya meskipun ada saja kabar tidak sedap mengenai profesi ayah gw n’ sikutan dari berbagai pihak yang iri.

Sorry, memang kenyataannya saat ini (fenomena yang gw liat) sebagian besar manusia menunjukkan sifat iri hati. Contoh, lawakan yang didominasi oleh “lelucon” daripada “humor”.

Apa sih bedanya lelucon dengan humor?

Nah, ini juga sempet gw bahas di mata kuliah filsafat (yang masih gw inget sampe sekarang).

Meskipun gw bukan mahasiswa jurusan filsafat hehehehe (tidak mencerminkan juga soalnya) huhuhu….

Yup, balik lagi ke lelucon n humor.

Kenapa gw bilang beda? Meskipun sama-sama gurauan, tapi ada unsur yang berbeda yaitu objek dan topiknya.

Jaman dulu, jamannya masih ada pelawak atau komedian seperti Almarhum Ateng, Benjamin, Iskak, dll sampe tokoh Lupus (gw yakin angkatan ade gw yang masih bayi, SD, n SMP sekarang ga kenal nama-nama itu) itu masih bersifat humor (btw, ade gw banyak amat yah) hihihi.

Sense of humor mereka tinggi n’ berciri khas.

Mangkanya sampe sekarang masing dikenang.

Nah, komedian atau pelawak jaman dulu yang udah gw sebutin itu, mereka melucu dengan tidak menghina orang lain atau lawan mainnya. Prinsipnya lebih baik meledek diri sendiri dari pada orang lain untuk menghibur orang.

Contoh, Benjamin yang melawak lewat lagu dan tingkah lucunya. Kata-kata yang disampaikan meskipun gurauan tapi bermakna. Ateng juga melucu dengan memperlihatkan kelucuan fisiknya sendiri yang memang Ateng memiliki postur tubuh pendek. Lupus, melucu lewat tebak-tebakannya yang terdengar “bodoh” tapi ”cerdik” n’ “cerdas”. Nah loh, gimana tuh?

Kalau lelucon itu beda dengan humor cz lebih kepada ngata-ngatain orang lain (sebagai gurauan). Misal menjelek-jelekan fisik orang lain (si boncel, si gagap, si gendut, dll) atau kekurangan orang lain supaya orang ketawa.

Kalau dilihat secara mendasar, apabila saat ini orang-orang lebih tertawa menyaksikan lelucon seperti itu, maka memang manusia memiliki sifat dasar “iri”. Karena merasa senang jika orang lain dihina, dicaci, dicemooh, dan di jadikan objek penderitaan. (relfeksi diri).

Hihihihi….

Jadi jangan kaget kalau di dunia kerja pun saling gontok-gontokan. Tapi balik lagi, kejujuran, kebenaran, dan kebaikan itu selalu happy ending (nyimak aja deh cerita difilm-film...hihhi). N’ ikhlas juga bikin happy aja. Berkah lah pokonya… hehehehe yah, walaupun mesti kuat mental n’ sabar tentunya. Tapi kan Tuhan itu maha Adil..:)

Kenapa jadi meluas gini yah, jadi panjang kali lebar topiknya.

Balik lagi, sebenernya gw mau nulis aja tentang apa yang gw pikirin. Yah aga katarsis juga sih alias meluapkan perasaan n’ pikiran gw.

Dalam agama gw, menikah itu setengahnya dari ibadah selama hidup. Jadi pahalanya gede banget kalau nikah karna ibadah. Gw juga mengakui kalau gw jatuh cinta dengan pria bukan wanita. Gw membutuhkan pria. Mungkin pria juga seharusnya mengakui butuh wanita cz mereka dilahirkan oleh seorang wanita juga. Hehe (bukan Arnold)

Namun, bukan berarti wanita menggantungkan dirinya terhadap pria dan bukan berarti pria menggantungkan dirinya terhadap wanita.

See?

Pria dan wanita saling melengkapi (kolaborasi), tapi bukan saling bergantung satu sama lain.

Hahahaha,,,lagian ngapain sih pake acara gantung menggantung. Pacaran aja digantungin ga enak (loh, ga nyambung) :P

Gw juga ga enak sebenernya denger ada yang bilang wanita itu lemah tanpa bukti yang otentik atau hal yang mendasarinya. Meskipun kekuatan gw juga emang ga segede Arnold sih.

Btw, terlepas dari membahas mengenai gender, wanita saat ini sudah bisa berkarir dan memiliki pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki. Seperti montir, supir, dll. Pria pun bisa menjadi koki, dokter kandungan, dll yang biasa dikerjakan oleh wanita.

Jadi, jangan memandang atau menilai seseorang dari “dia itu kan cewe.” Atau “emang cewe bisa apa?”

“Aku pasti bisa!”

Yang ga bisa itu kalau ga dicoba.

Tapi kalau masalah cinta, gw seneng kalau ada pria yang tulus mencintai wanita seperti gw ini (seperti apa emang?) n’ menganggap gw sebagai partner, bukan pelengkap hidupnya. Dan gw merasakannya saat ini. Hehehe :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar